A.    Pendahuluan 

           Filsafat sendiri berasal dari bahasa yunani phitein (to love, mencintai) dan Sophia (wisdom kebijakan). Seorang tokoh filsafat mengatkan bahwa martabat manusia ditentukan oleh olah pikir dalam menentukan kkebenaran. Olah pikir itulah yang disebut dengan filsafat
         Disini kami sebagai pemakalah akan membahas mendalam tentang filsafat materialisme, mari kita pahami dulu apa arti materialisme,
       Menurut kaum materialis, materialisme adalah suatu yang mebahas tentang sesuatu yang mendasar pada substansi atau kenyataan, dan substansi itu disebut materi. Maksudnya menurut pendapat ini materialisme adalah suatu materi yang dapat dilihat sesuai dengan kenyataan yang ada. Filsafat materialisme kebalikan dari filsafat idealisme.
                                                                                   

  


















 
B.     Permasalahan

1.      Apa pegertian materialisme itu?
2.      Apa jenis-jenis materialisme?
3.      Bagaimana pendapat filosof tentang materialisme?

C.    Pembahasan
1.      Pengertian Filsafat Materialisme
Materialisme adalah suatu doktrin filsafat yang membahas tentang suatu yang ada yang mendasar pada subtansi atau kenyataan yang ada. Maka subtansi itu di sebut materi.
Ada dua pandangan tentang materialisme
a.       Pandangan kaum materialis masa lampau
Kaum ini memandang bahwa alam semesta tersusun dari zat zat renik yang terdalam tersebut dan memandang alam semesta dapat di terangkan berdasarkan hukum-hukum dinamika. Berangkat dari pemahaman itu kaum materialis dewasa ini mengenal rumus yang paling mengejutkan di dalam fisika yaitu E=MC², yang menggambarkan bahwa tenaga E kedudukannya saling di pertukarkan dengan masa M.[1]

b.      Pandangan kaum materialisme Modern
Kaum ini memahami bahwa pola anorganis materi ada lebih dahulu daripada organisme yang hidup, berjiwa serta berarah tujuan. Yang belakangan ini muncul secara perlahan-lahan dan sebagai akibat suatu perkembangan secara evolusioner yang berliku-liku. Prinsip-prinsip fisika dan kimia pasti dapat di terapkan, meskipun secara tidak memadahi pada tingakatan makhluk hidup. Hal-hal yang bersifat anorganis dan organis merupakan satuan-satuan penyusun pada tingkat-tingkat yang berbeda, yang dapat di katakan tingkat-tingkat lebih rendah dan yang lebih tinggi. Dalam arti bahwa system material organis tersusun secara tinggi dan lebih berliku-liku, yang menunjukkan tanda-tanda gerak gerik yang baru.
Materi yang tersusun semacam itu membuka jalan bagi tingkatan-tingkatan susunan yang secara keseluruhan merupakan kebulatan yang ciri pengenalnya ialah keadaannya yang diatur oleh hukum-hukum yang berbeda. [2]
Mengenai masalah hakekat materi, seorang Materialis sebagai filsuf tidak dapat menambahkan bahan keterangan apapun terhadap penjelasan yang diberikan oleh ilmuan ( Positif ). Meskipun seorang ilmuan kadang-kadang menggunakan istilah “materi” dalam arti yang terbatas, kaum materialis berpendirian bahwa filosof tidak dapat menambah, dalam arti memperbaiki pengertian mengenai materi yang bersifat deskriptif yang di berikan oleh ilmuan ( positif ) yang sedang bekerja pada masa hidupnya.
Dapat dikatakan bahwa perbedaan antara materialisme modern dengan materialisme yang lebih tua  terletak pada kemajuan ilmu. Materialisme mengambil hasil-hasil ilmu, meningkatkannya kedalam prinsip-prinsip yang umum dan menerimanya sebagai prinsip-prinsip kefilsafatan yang dianutnya. Dengan demikian bahan-bahan penopang bagi materialisme ialah hasil-hasil ilmu modern.
Istilah pokok yang mendasari ajaran materialisme ialah “Materi” istilah pokok yang melukiskan proses perkembangan ialah ‘evolusi ‘ materialisme modern menolak pengertian mengenai
atom-atom yang bersifat keras. Sebagai penggantinya, digunakan istilah-istilah seperti ‘relasi, pola, tingkatan’.
Filsafat Matrealisme
 
Ontologi kaum materialis. Dalam hubungan yang lain, sellars mengunkapkan sejumlah pendirian kaum materialis dibidang ontologi. Hal tersebut akan dikutip dibawah ini
A.    Pengertian yang jelas mengenai ‘materi’ dapat di peroleh berdasarkan sejumlah kategori yang di tetapkan secara empiris, seperti kesinambungan eksistensi, kegiatan sebab akibat, yang dihubungkan dengan fakta-fakta empiris yang terperinci mengenai stuktur, gerak-gerik dan daya pengaruh dalam kerangka ruang-ruang tertentu
B.     Naturalisme yang sudah dewasa tidak akan menjulangkan segala sesuatu kepada satu jenis substansi belaka dan juga tidak mengajarkan bahwa segalca sesuatu tersusun dari  atom-atom yang serba ditentukan oleh hukum-hukum mekanika.
C.     Alam semesta bersifat abadi dan sebagai keseluruhan tidak terarah secara lurus kepada suatu tujuan tertentu.
D.    Jiwa merupakan kategori rohani maupun jasmani dan bersangkut paut dengan kegiatan-kegiatan serta kemampuan-kemampuan yang melekat pada diri yang bersifat organis yang berbeda dalam tingkat penggunaan otak.
E.     Subtansi-subtansi material atau zat – zat yang berkesinambungan terjadi serta rusak dalam kerangka kelestarian segenap hal yang bersifat material sebagai keseluruhan
F.      Kesadaran merupakan suatu kualitas tersembunyi yang didalamnya manusia mendapatkan sumber bagi kegiatan-kegiatan yang dilakukannya.[3]

2.      Macam – macam Filsafat Materialisme
a)      Materialisme Dialektis
Adalah nama sistem kefilsafatan yang dibangun oleh Karl Marx, dan merupakan landasan teoritis dari masyarakat komunis. Konon dikatakan pula bila seseorang akan menyewakan kamar pada orang lain maka yang lebih penting ialah mengetahui filsafat yang dianut orang yang akan menyewakan kamar tersebut daripada mengetahui beberapa jumlah simpanan uangnya di bank. Hal ini khususnya benar terjadi di rusia modern era unisoviet.
Berdasarkan alasan inilah, saya akan membicarakan materialisme dialektik secara singkat. Tetapi saya hanya akan membicarakan masalah kefilsafatan, yang bukan ajaran-ajaran ekonomi serta politik yang bersumber pada pandangan dunia yang umum tersebut.

i.      Yang nyata ialah yang material
Menurut Karl Marx materi adalah hal yang terdalam dan bereksistensi atas kekuatan sendiri, dan tidak memerlukan prinsip lain untuk menerangkan eksistensinya sendiri.[4]
 
ii.   Dialektika teori tentang perubahan
Menurut Marxisme, dialektika adalah suatu teori mengenai proses perubahan. Maksudnya segala sesuatu saling berhubungan dan senantiasa mengalami proses perubahan. Proses perubahan itu berjenis khusus dan terjadi melalui pertentangan diantara hal-hal yang berlawanan.[5]
b)      Materialisme Historis
Materialisme Historis juga mengungkapkan konsep Marxisme yang sempurna tentang sejarah, masyarakat dan hukum-hukum susunan serta pengembangan masyarakat. Karena itu, materialisme historis memperlukan ide-ide dan pengetahuan umum manusia sebagai suatu bagian dari susunan masyarakat manusia.
Ide pokok materialisme historis adalah bahwa kondisi ekonomi, yang ditentukan oleh saran produksi adalah real masyarakat dengan segala seginya karena itu segala fenomena kemasyarakatan timbul dari kondisi ekonomi dan berkembang mengikuti perkembangan ekonomi. Di Inggris misalnya, ketika keadaan ekonomi berubah dari feodalisme ke kapitalisme, dan mesin giling uap menggantikan mesin giling angin, berubahlah semua kondisi kemasyarakatannya, dan beradaptasi dengan kondisi ekonomi baru itu.[6]




D.    KESIMPULAN

Dari uaraian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa filsafat materialisme ialah suatu ilmu dihasilkan dari sebuah kenyatan. Kenyataan itu yang berbentuk materi.
Menurut Karl Marx, filsafat  materialisme yang dipandang nyata adalah suatu yang berbentuk materi. Materi itu sendiri adalah hal yang terdalam dan bereksistensi atas kekuatan sendiri dan tidak memerlukan prinsip lain untuk menerangkan eksistensinya sendiri.
Ada dua filsafat materialisme, yaitu:
  1. Materialisme Dialektis
Yaitu ilmu filsafat yang mempelajari tentang perubahan dan terjadi melalui pertentangan diantara hal-hal yang berlawanan.
  1. Materialisme Historis
Yaitu kenyataan fenomena kemasyarakatan timbul dari segi ekonomi dan berkembang mengikuti perkembangan ekonomi.

E.     PENUTUP
           
Demikian pembahasan yang dapat kami sampaikan tentang filsafat materialisme. Semoga dengan materi ini dapat menjadi pedoman dan pembelajaran kita dan dapat menjadikan kita lebih berwawasan luas tentang ilmu filsafat terutama filsafat materialisme. Kami menyadari sebagai insan yang tidak lepas dari kesalahan. Apabila ada kesalahan tulisan ataupun yang lain kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah kami dikemudian hari.








DAFTAR PUSTAKA

Baqir, Muhammad.1991. Falsafatuna. Bandung: Mizan
Kattsoff, Lauis O. 2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Sellars, Roy wood.1949. Is Naturalism Enough. New York:Macmilan Co.



[1] Louis O. Kattsoff,Pengantar Filsafat,Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya,2004,;Hlm.212


[2] Roy wood sellars,dkk.(eds.),Philosophy for the Future,New York: Macmilan Co., 1949, hal VI-VII

[3]Roy wood sellars ”Is Naturalism Enough”, dalam Journal of Philosophy,Vol. XI, No.20,sept.1949,Hal. 541

[4]Louis O. Kattsoff,Pengantar Filsafat,Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya,2004,Hlm.120
[5] Ibid, Hlm.121
[6] Muhammad Baqir Ash-shadr,Falsafatuna,Bandung:Mizan,1991,hlm.104