A. RUMUSAN MASALAH
            1. Pengertian belajar
            2. Apa saja teori-teori belajar
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian belajar
            Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain sebagai berikut :
            a. Belajar adalah perubahan-perubahan dalam system urat saraf. Pada definisi ini belajar itu sebagai perubahan-perubahan fisiologis yang tak dapat dibuktikan atau disangkal kebenarannya. Tetapi yang nyata ialah bahwa perubahan  itu terjadi  pada salah satu bagian dari organisme, yakni hanya dalam system urat saraf
            b. Belajar adalah penambahan pengetahuan. Definisi ini dalam praktik banyak dianut di sekolah dimana guru-guru berusaha memberikan ilmu sebanyak mungkin dan murid bergiat untuk mengumpulkannya.
            c. Belajar adalah perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan.
            Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang.


2. Teori-teori belajar
a. Teori psikologi klasik
            Menurut teori ini manusia terdiri dari jiwa (mind) dan badan (body) atau zat (matter). Jiwa dan badan ini berbeda satu sana lain. Badan adalah suatu objek yang sampai ke alat indra, sedangkan jiwa adalah suatu realita yang non material, yang ada dalam badan.
            Jiwa merupakan substansi, artinya merupakan satu kesatuan tersendiri, beroperasi secara bebas dari zat, merupaka jiwa yang hidup (living soul), mempunyai kekuatan untuk berinisiatif, dapat menemukan hukum-hukum alam dan menguasainya. Jiwa bersifat permanen, dalm arti tidak dapat melepaskan dari zat, bahkan dapat menstimulir proses zat itu, sehingga menghasilkan pengalaman baru. Jiwa dapat mengakibatkan system saraf memperkaya pengalaman.  Pengalaman-pengalaman ini bergantung pada mind substansi. Dalam hal ini, konsepsi yang diperoleh secara langsung berasal dari dunia luar melalui sense of experience. Konsepsi-konsepsi itu adalah merupakan abstraksi dari empiris.
            Selain itu, ada juga pengetahuan yang tidak bersumber dari pengalman, misalnya pengertian ruang dan waktu. Hal ini bersifat transenden seperti: Yang absolute, Tuhan, yang tak terbatas, namun kita yakin, berdasarkan hasil pemikiran bahwa hal-hal itu tidak ada sesuatu yang menyebabkannya,sesuatu yang tak terbatas. Pemikiran semacam ini disebut rational knowledge. Konsepsi demikian adalah konstruksi dari jiwa itu, yang merupakan aktivitas kreatif.
            Menurut teori ini, hakikat belajar adalah all learning is a process of developing or training of mind. Belajar dengan menggunakan substansi dan sensasi. Dengan kata lain belajar adalah suatu proses dari dalam atau inner development.[1] 

b. Teori ilmu jiwa daya
            Menurut teori ini jiwa itu terdiri atas berbagai daya, masing-masing dengan fungsi tertentu seperti daya ingat, daya khayal, daya pikir, dan sebagainya. Untuk melatih suatu daya dapat digunakan segala macam bahan. Misalnya untuk melatih daya ingat dapat dengan menghafal angka-angka atau istilah-istilah asing dan sebagainya. Yang dipentingkan di sini bukanlah penguasaan bahan atau materinya, melainkan hasil dari pembentukan daya itu.
            Demikian pula dengan daya pikir yang dianggap sangat penting. Daya ini dapat dilatih dengan memikirkan soal-soal yang pelik-pelik. Bode menyatakan bahwa menurt teori ini, pendidikan ialah apa yang tinggal setelah kita lupakan apa yang kita pelajari, yang tinggal ialah hasil pembentukan daya itu. Bahan pelajaran itu sendiri tidak penting. Namun dengan daya yang telah terbentuk kita mudah mempelajari bahan pelajaran baru. Jadi walaupun segala bahan pelajaran kita lupakan masih ada yang tinggal, yakni daya yang telah terlatih itu yang dapat selanjutnya digunakan untuk menghadapi bahan-bahan lain.[2]

c. Teori ilmu jiwa asosiasi
            Ilmu jiwa asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari bagian-bagian atau unsure-unsurnya. Dari aliran ini ada dua teori yang terkenal, yakni: teori conectionisme dari Thorndike dan teori conditioning dari Pavlov                       
1. Teori conectinisme
            Menurut teori ini belajar adalah pembentukan atau penguatan antara stimulus dan respon. Antara stimulus dan respon ini akan terjadi suatu hubungan yang erat kalau sering dilatih. Berkat latihan yang terus menerus , hubungan antara stimulus dan respon itu akan menjadi terbiasa, otomatis.
            Mengenai stimulus dan respon tersebut, Thorndike mengemukakan beberapa hukum:
-         law of effect
Hubungan stimulus dan respon bertambah erat kalau disertai perasaan senang atau puas, akan tetapi menjadi lemah atau lenyap kalau disertai rasa tidak senang.
-         law of use and disuse
Hubungan stimulus dan respon bertambah erat kalau sering dilatih atau digunakan dan akan berkurang erat atau lenyap jika jarang atau tak pernah digunakan.
-         law of multiple response
Dalam situasi yang problematic dimana tidak segera tampak respon yang tepat, individu mengadakan bermacam-macam percobaan yang mulu-mula tak berhasil, akan tetapi akhirnya mungkin memberi jawaban yang tepat. Prosedur ini disebut “trial and error”.
-         law of analogy
Seorang dapat menyesuaikan diri atau memberi respon yang sesuai dengan situasi baru yang agak berlainan dengan yang sudah-sudah namun mengandung unsure-unsur yang bersamaan (identical element).
2. Teori conditioning
            Kita menghentikan kendaraan kalau nyala lampu merah pada persimpangan jalan. Seseorang yang mencium bau sate, air liurnya pun mulai keluar.bentuk kelakuan itu dipelajari berkat conditioning. Bentuk kelakuan semacam ini pernah dipelajari oleh pavlov dengan mengadakan percobaan terhadap anjing. Tiap kali anjing itu diberi makan, lampu dinyalakan. Karena melihat makanan maka air liurnya keluar. Begitu seterusnya hal itu dilakukan berkali-kali dan sering diulangi, sehingga menjadi kebiasaan. Karena sudah menjadi kebiasaan maka pada suatu ketika lampu dinyalakan tetapi tidak diberi makan, air liur anjing pun keluar.

d. Teori ilmu jiwa gestalt
            Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian/ unsur. Sebab keberadaannya keseluruhan itu juga lebih dulu. Sehingga dalam kegiatan belajar bermula pada suatu pengamatan. Menurut teori ini memang mudah atau sukarnya suatu pemecahan masalah tergantung pada pengamatan.
            Menurut aliran ini, seseorang belajar jika mendapatkan insight. Insight ini diperoleh kalau seseorang melihat hubungan tertentu antara berbagai unsure dalam situasi tertentu. Adapun timbulnya insight itu tergantung:
  1. kesanggupan     : maksudnya kesanggupan atau intelegensia individu
  2. pengalaman      : karena belajar, berarti akan mendapatkan pengalaman dan pengalaman itu mempermudah munculnya insight
  3. taraf kompleksitas dari suatu situasi       : semakin kompleks semakin sulit
  4. latihan               : dengan banyak latihan akan dapat mempertinggi kesanggupan memperoleh insight.
  5. trial and error    : sering seorang itu tidak dapat  memecahkan masalah. Baru setelah mengadakan percobaan-percobaan, seseorang itu dapat menemukan hubungan berbagai unsur dalam problem itu, sehingga akhirnya menemukan insight.
Beberapa prinsip belajar yang penting dari teori ini:
  • Manusia bereaksi dengan lingkungannnya secara keseluruhan, tidak hanya intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya.
  • Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
  • Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala aspek-aspeknya.
  • Belajar adalah perkembangan ke arah diferensiasi yang lebih luas.
  • Belajar hanya berhasil apabila tercapai kematangan untuk memperoleh insight
  • Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi memberi dorongan yang menggerakkan seluruh organisme
  • Belajar akan berhasil kalau ada tujuan
  • Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu bejana yang diisi.
   
D. KESIMPULAN
E. PENUTUP

Penulis : Hasan Fauzi

[1] Dr.Oemar Hamalik,Kurikulumm dan Pembelajaran. Hlm.40
[2] Prof. Dr. S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar. Hlm. 36